A. Orbidal Hibrida Nitrogen dan Oksigen
Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk
dalam senyawa karbon, tetapi juga dapat dibentuk oleh atom-atrom lain. Semua
ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur-
unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan
dengan orbital hibridasi. Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan pada
atom karbon. Banyak gugus fungsi penting dalam senyawa organik mengandung
nitrogen atau oksigen.
a.
Nitrogen
Secara elektronika, nitrogen sama dengan
karbon, dan orbital atom dari nitrogen berhibridisasi menurut cara yang sangat
bersamaan dengan karbon.
Hibridisasi nitrogen sp3
Seperti yang ditunjukkan diagram orbital ini,
nitrogen dapat menghibridisasi keempat orbital atom tingkat kedua menjadi empat
orbital ikatan sp3 yang ekuivalen. Namun demikian, perhatikan satu
perbedaan penting antara nitrogen dan dan karbon. Karbon mempunyai empat
elekron untuk dibandingkan dalam empat orbital sp3, sedangkan
nitrogen mempunyai lima elektron yang didistribusikan dalam empat orbital sp3.
Satu orbital sp3 dari nitrogen diisi dengan sepasang elektron, dan
nitrogen dapat membentuk senyawa dengan hanya tiga ikatan kovalen terhadap atom
lain.
Molekul
amonia mengandung atom nitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom hidrogen.
Ketika terdapat tiga elektron tak
berpasangan mengisi orbital 2p, ini memungkinkan orbital 1s dari hidrogen untuk
overlap dengan orbital 2p tersebut membentuk ikatan sigma. Nitrogen memiliki
lima elektron pada kulit terluarnya. Pada hibridisasi sp3,satu orbital sp3 diisi oleh dua
elektron dan tiga orbital sp3 diisi masing-masing satu elektron. Hibridisasi
sp3 Ikatan sigma terbentuk dari overlap orbital hibrida sp3
yang tidak berpasangan tersebut dengan orbital 1s dari hidrogen menghasilkan
molekul ammonia. Dengan demikian, ammonia memiliki bentuk geometri tetrahedral
yang mirip dengan metana. Ikatan N-H memiliki panjang 1.01A dan kekuatan ikatan
103
kkal/mol.
Analog dengan karbon, maka dapat diharapkan bahwa
sudut ikatan H-N-H dalam NH3 adalah 109,5˚. Percobaan menunjukkan bahwa
hal ini tidak demikian, sudut ikatan dalam NH3 adalah 107,3˚.
Suatu keterangan untuk ini adalah bahwa sudut ikatan ditekan oleh orbital yang
terisi dengan elektron menyendiri yang besar ukurannya. (Karena elektron dalam
orbital terisi ini ditarik hanya ke satu inti saja dan bukan kedua inti, maka
mereka terikat kurang kuat; karena itu, orbital yang terisi lebih besar
daripada orbital sigma N-H). Bila atom selain hydrogen terikat ke nitrogen sp3,
sudut ikatan yang diamati lebih dekat ke sudut
tetrahedral 109,5˚, karena tolakan antara gugus yang lebih besar ini.
Hibridisasi
nitrogen sp2
Nitrogen memiliki tiga elektron tak
berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu elektron dalam
orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk hibrida baru,
yaitu sp2. Elektron pada orbital p digunakan untuk membentuk ikatan
pi. Jadi, atom nitrogen yang terhibridisasi sp2 memiliki satu ikatan
pi yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap dua, mirip dengan molekul
etena. Salah satu contoh atom nitrogen yang terhibridisasi sp2 adalah isopropil-metil-amina.
Hibridisasi nitrogen sp
Pada nitrogen yang terhibridisasi sp, tiga orbital atom yang tak berpasangan pada orbital hibrid sp3 tersebut dua elektronnya tereksitasi ke orbital p sehingga terbentuk dua ikatan pi untuk membentuk ikatan rangkap tiga. Salah satu contoh atom nitrogen yang terhibridisasi sp adalah acetonitrile.
Oksigen
Elektron pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi: 1s2 2s2 2px2
2py1 2pz1, dan oksigen merupakan
atom divalen.
Hibridisasi oksigen sp3
Dengan melihat konfigurasi elektronnya, dapat diprediksi bahwa oksigen
mampu membentuk dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua
elektron tak berpasangan (2py dan 2pz).
Karena oksigen mempunyai enam elektron ikatan, ia
membentuk dua ikatan kovalen dan mempunyai dua orbital berisi.
Air adalah contoh senyawa yang
mengandung oksigen sp3. Sudut
ikatan yang terbentuk sebesar 104.5˚. Diperkirakan bahwa orbital dengan
pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk
lebih kecil dari sudut ideal (109.5˚).
Ada sejumlah senyawa organik yang mengandung
atom oksigen sp3. Untuk sekarang akan ditinjau hanya dua, yaitu
alkohol dan eter: ROH dan ROR’. Ikatan terhadap oksigen dalam alkohol dan eter
adalah langsung analog dengan ikatan air. Dalam setiap keadaan, oksigen
terhibridisasi sp3 dan mempunyai dua pasang elektron valensi
menyendiri.
ETER
Hibridisasi oksigen sp2
Seperti halnya pasangan elektron bebas
dalam ammonia menekan sudut ikatan H-N-H. Oksigen juga dapat terhibridisasi sp2,
yaitu dengan mempromosikan satu elektronnya ke orbital p. Dalam kondisi ini,
oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga memilki satu ikatan pi.
Contoh molekul yang memiliki atom oksigen terhibridisasi sp2 adalah
pada senyawa-senyawa karbonil.
Gugus karbon (C=O) mengandung atom karbon sp2
yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan rangkap. Orang cenderung
berpendapat bahwa oksigen karbonil berada dalam keadaan hibrida sp2
seperti halnya karbon karbonil; namun demikian ahli kimia tak terlalu yakin
mengenai hibridisasi oksigen karbonil, karena tak ada sudut ikatan yang dapat
diukur.
Geometri gugus karbonil ditentukan oleh
karbon sp2. Gugus karbonil adalah planar sekeliling karbon sp2
trigonal. Ikatan karbon-oksigen mengandung sepasang elektron pi tersingkap.
Oksigen juga mempunyai dua pasang elektron menyendiri.
Gugus karbonil lebih polar daripada gugus
C-O dalam alkohol atau eter. Alasan yang mungkin untuk pembesaran kepolaran ini
adalah bahwa elektron piyang mobil lebih mudah terikat ke oksigen yang
elektronegatif daripada electron sigma dari C-O.
Gugus karbonil merupakan bagian dari
bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi dan golongan senyawa ditentukan oleh
atom lain yang terikat pada karbon karbonil. Bila salah satu dari atom terikat
pada karbon karbonil adalah hidrogen, maka senyawa yang tersebut adalah
aldehida. Bila dua karbon terikat pada karbon karbonil, maka senyawa adalah keton.
B.
Ikatan Rangkap Terkonjugasi
Molekul organik dapat mengandung lebih dari
satu gugus fungsi. Dalam kebanyakan senyawa polifungsional, setiap gugus fungsi
tak bergantung satu sama lain; meskipun demikian, tak selalu demikian halnya.
Pandangan beberapa senyawa dengan ikatan rangkap karbon-karbon lebih dari satu.
Ada dua cara pokok untuk menempatkan ikatan rangkap dalam senyawa organik. Dua
ikatan rangkap yang bersumber pada atom berdampingan disebut ikatan rangkap
terkonjugasi.
Sistem konjugasi terjadi dalam senyawa
organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda secara
bergantian (C=C-C=C-C) dan memengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah delokalisasi elektron.
Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom,
melainkan milik keseluruhan sistem konjugasi ini. Sistem konjugasi secara
umumnya akan menyebabkan delokalisasi elektron
di sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini akan
meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara keseluruhan
Selain ikatan tunggal dan ganda yang
bergantian, sistem konjugasi dapat juga terbentuk oleh keberadaan atom yang
memiliki orbital-p secara paralel. Sebagai contohnya, furan adalah cincin
beranggota lima dengan dua ikatan ganda yang bergantian dan satu atom oksigen
pada posisi 1. Oksigen memiliki satu pasangan menyendiri
elektron yang terisi pada orbital p, sehingga berkonjugasi dengan orbital p
karbon dan membentuk konjugasi cincin beranggota lima. Keberadaan nitrogen
pada cincin ataupun gugus α pada cincin seperti gugus karbonil,
gugus imina, gugus vinil, dan anion pula dapat menjadi
sumber orbital p yang akan membentuk konjugasi.
Beta Karoten
Secara umum, isomer cis dan trans
mempunyai ikatan rangkap yang tidak
dapat berputar. Selain itu, isomer cis dan trans juga muncul dikarenakan struktur cincin
molekul yang menyebabkan perputaran ikatan sangat terbatas.Terdapat dua bentuk
isomer cis-trans. Ketika gugus substituen berorientasi pada arah yang sama,
diastereomer ini disebut sebagai cis, sedangkan ketika subtituen
berorientasi pada arah yang berlawanan, diastereomer ini disebut sebagai trans.
Contoh molekul hidrokarbon yang menunjukkan isomerisme cis-trans adalah 2-butena.
Isomer cis dan isomer trans
sering kali memiliki sifat-sift fisika yang berbeda. Perbedaan antara isomer
pada umumnya disebabkan oleh perbedaan bentuk molekul atau momen dipol secara
keseluruhan. Perbedaan ini dapatlah sangat kecil, seperti yang terlihat pada
titik didih alkena berantai lurus 2-pentena (titik didih isomer trans
36 °C dan isomer cis 37 °C)[1].
Perbedaan isomer cis dan trans juga dapat sangat besar, seperti pada kasus siklooktena. Isomer cis
senyawa ini memiliki titik didih 145 °C,
sedangkan isomer transnya 75 °C.
Perbedaan yang sangat besar antara kedua isomer siklooktena disebabkan oleh
terikan cincin yang besar untuk trans-siklooktena, yang juga menyebabkannya
kurang stabil dibandingkan isomer cis. Bahkan, kedua isomer asam 2-butenadioat
memiliki sifat-sifat dan reaktivitas yang sangat berbeda sehingga mempunyai
nama yang berbeda pula. Isomer cisnya disebuah asam maleat,
sedangkan isomer transnya disebuat asam fumarat.
Pada cis-2-butena memiliki titid didih 3,7˚C dan titik leleh -139˚C. Sedangkan
pada trans-2-butena memiliki titik didih 0,9˚C dan titik leleh -105˚C. Cis-2-butena
lebih cepat mencair dibandingkan trans-2-butena karena pada cis-2-butena dalam
kondisi padat jarak antara molekul yang satu dengan yang lain dalam ikatan
dekat, sehingga tolakan antar molekul yang besar menyebabkan ikatan semakin
renggang (mencair). Sedangkan pada trans-2-butena pada keadaan padat jarak
antar molekul dalam ikatan jauh, sehingga tolakan antar molekul yang stabil
(kecil) menyebabkan ikatan sulit untuk renggang (mencair). Trans-2-butena lebih
cepat mendidih dibandingkan cis-2-butena karena pada trans-2-butena halangan
sterik yang kecil menyebabkan kerapatan elektron yang rendah sehingga kebolehjadian
menemukan elektron sedikit menyebabkan intensitas ikatan rangkap semakin kecil
sehingga mudah untuk diputus dan memerlukan entalpi yang kecil. Sedangkan pada
cis-2-butena, halangan sterik yang besar menyebabkan kerapatan elekton yang tinggi
sehingga kebolehjadian menemukan elektron semakin banyak menyebabkan intensitas
ikatan rangkap semakin kuat sehingga sulit untuk diputs dan memerlukan entalpi
yang besar. Polaritas merupakan faktor kunci yang menentukan titik didih
relatif senyawa karena ia akan meningkatkan gaya antar molekul, sedangkan
simetri merupakan faktor kunci yang menentukan titik leleh relatif karena ia
mengizinkan penataan molekul yang lebih baik pada bentuk padat. Oleh karena
itu, trans-alkena yang kurang polar dan lebih simetris cenderung memiliki titik
didih yang lebih rendah dan titik leleh yang lebih tinggi. Sebaliknya
cis-alkena secara umum memiliki titik didih yang lebih tinggi dan titik leleh
yang lebih rendah.
C. Benzena dan Resonansi
Benzena
Benzena adalah senyawa kimia
organik
yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta
mempunyai bau yang manis. Rumus struktur benzena adalah C6H6. Benzena
terdiri dari 6 atom
karbon
yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen
berikatan pada setiap 1 atom karbon. Perbandingan jumlah atom C dan H-nya
menunjukan benzena sangat tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang lebih
mudah mengalami reaksi substitusi daripada reaksi adisi. Hal ini terjadi karena
adanya resonansi yang menyebabkan elektron pada senyawa benzena selalu
berpindah-pindah.. Pada awalnya, para ahli kimia mengusulkan bahwa benzena
mempunyai struktur alifatik dengan ikatan rangkap dua dan tiga
Namun
struktur benzena ini ternyata tidak dapat menjelaskan sifat – sifat
benzena, antara lain:
- Benzena ternyata sangat stabil / tidak reaktif. Benzena tidak bereaksi dengan Br2 meski pada suhu tinggi, kecuali dengan menggunakan katalis. Hal ini berbeda dengan struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena yang bersifat reaktif.
- Monosubstitusi atom halogen (X) ke benzena hanya menghasilkan satu jenis senyawa, yakni C6H5X. dengan kata lain, tidak terdapat keisomeran geometri yang dimiliki struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena.
Pada
tahun 1865, Friedrich August Kekule mengusulkan strukur benzena sebagai
cincin heksagonal yang terdiri dari 6 atom C dengan ikatan tunggal dan rangkap
dua yang bergantian antara atom – atom C. Jadi, terdapat 3 ikatan tunggal dan 3
ikatan rangkap dua dalam struktur benzena. Model ini pun digunakan
bertahun – tahun karena mampu menjelaskan sifat – sifat dan reaksi – reaksi
dari benzena.
Namun,
sejalan dengan perkembangan ilmu kimia yang semakin canggih, bukti – bukti
menunjukan bahwa struktur benzena versi Kekule tidak dapat menjelaskan
fakta – fakta berikut:
- Dengan alat difraksi sinar-X, diketahui panjang ikatan tungga C-Cnya adalah 0,154 nm dan panjang ikatan rangkap C=Cnya 0,133 nm. Jika benzena memiliki struktur Kekule, maka benzena akan memiliki dua panjang ikatan yang berbeda untuk ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Namun, pengukuran menunjukan benzena hanya memiliki 1 panjang ikatan sebesar 0,139 nm yang menunjukan semua ikatan dalam benzena sama / setara, yakni berada di antara panjang ikatan tunggal dan rangkap.
- Jika benzena memiliki 3 ikatan rangkap dua seperti model Kekule, maka kerekatifan ikatan – ikatan tersebut harus sama dengan ikatan rangkap dua pada alkena, yakni dapat bereaksi secara adisi. Pada kenyataanya, banyak benzena yang terlibat dalam reaksi substitusi.
- Perhitungan termokimia menunjukan kalor pembentukan gas benzena dari unsur – unsurnya adalah +252 kJ/mol, jika benzena memiliki struktur seperti model Kekule. Namun, pengukuran menunjukan kalor pembentukan benzena hanya +82 kJ/mol. Hal ini membuktikan struktur benzena yang sebenarnya jauh lebih stabil dibandingkan struktur yang diusulkan Kekule.
Berdasarkan
fakta – fakta tersebut, tahun 1931 Linus Pauling merumuskan struktur benzena
sebagai struktur yang berada di antara dua struktur Kekule yang memungkinkan.
Struktur ini disebut hibrid resonansi. Pada struktur resonansi ini, terlihat
bawa semua ikatan antara atom – atom C dalam cincin adalah setara. Elektron –
elektron yang membentuk ikatan – ikatan antar atom – atom C digunakan bersama
oleh seluruh atom C, membentuk sistem delokalisasi yang sangat stabil. Delokalisasi
elektron (elektron – elektron dalam benzena dapat bergerak bebas mengelilingi
cincin benzena sehingga dikatakan elektron – elektron ini mengalami
delokalisasi) Secara keseluruhan, struktur ini dapat menjelaskan panjang ikatan
benzena dan kerekatifan benzena yang rendah karena ikatan dalam cincin berada
di antar ikatan tunggal dan ikatan rangkap, serta stabilitas termodinamika
benzena yang tinggi karena resonansi
memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan kedua struktur Kekule yang
memungkinkan tersebut.
Dalam persamaan berikut suatu atom Br telah
menggantikan atom H dan cincin, sehingga namanya reaksi substitusi. Karena
substitusi ini terjadi pada cincin aromatik, reaksinya disebut suatu reaksi
substitusi aromatik.
sonansi memiliki energi yang lebih rendah
dibandingkan kedua struktur Kekule yang memungkinkan tersebut.
Dalam persamaan berikut suatu atom Br telah
menggantikan atom H dan cincin, sehingga namanya reaksi substitusi. Karena
substitusi ini terjadi pada cincin aromatik, reaksinya disebut suatu reaksi
substitusi aromatik.
Mekanisme dan reaksi substitusi aromatik dimulai dengan
serangan oleh elektrofil pada elektron pi dan cincin benzen, karena itu reaksi
ini disebut reaksi substitusi elektrofil.Semua reaksi substitusi aromatik
elektrofil berjalan dengan mekanisme yang sama, biasanya ditulis dengan tanda
E+ untuk menandakan elektrofil. Dalam mekanisme ini kita memakai rumus bangun
Kekule untuk benzen agar kita dapat menelusuri elektron pi. Walaupun biasanya
kita tidak menuliskan atom H dalam cincin benzen tapi agar jelas, di sini akan
ditulis.
Dalam langkah 1, sepasang elektron pi dan awan aromatik pi diberikan untuk membentuk ikatan sigma dengan E+. Langkah ini menyebabkan karbon atom yang berdekatan dalam cincin dikelilingi hanya oleh enam elektron, karbon ini membawa muatan positip.
Intermediate yang bermuatan positif ini kadang-kadang
dinamakan ion benzenonium (dan benzene dan onium) hampir
menyerupai kation beralil. Seperti juga kation beralil, intermidiate karbokasi
in distabilkan secara resonansi.
Pada langkah kedua dan reaksi karbokasi memberikan sebuah
proton (H+) kepada suatu basa yang berada dalam campuran reaksi. Pasangan
elektron ikatan sigma dan ikatan C — H diubah menjadi elektron pi, maka awan
aromatik pi timbul kembali sehingga suatu hasil substitusi terbentuk.
Walaupun suatu karbokasi dan suatu alkana dapat mengalami
addisi dan sebuah nukleofil untuk menghasilkan suatu hasil addisi, suatu ion
benzenonium tidak dapat beraddisi sebab ion ini akan merusak awan aromatik pi
dan stabilitas resonansi dan cincin benzen akan hilang. Intermediate akan
menjalani reaksi dengan energi yang terendah sehingga stabilisasi dan resonansi
cincin benzen akan didapat kembali.
Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl)
adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada
suhu 354 K
(178 °F,
81 °C).
Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau
dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan
dengan nitrasi toluene C6H5CH3;
rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3,
and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene.
Dalam industri, TNT diproduksi dalam
tiga langkah proses. Pertama, toluene dinitrasi dengan campuran sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mono-nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut
dipisahkan dan kemudian renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada langkah terakhir,
DNT tersebut dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT menggunakan anhidrat campuran asam nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan
asam sulfat encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi,
TNT distabilkan dengan proses yang disebut sulphitation, dimana TNT mentah
dicapurkan dengan natrium sulfit encer untuk menghapus isomer kurang stabil
dari TNT dan produk reaksi lainnya yang tidak diinginkan. Air bilasan dari
sulphitation dikenal sebagai air merah dan merupakan polutan yang signifikan
dan produk limbah dari pembuatan TNT.
Pengendalian nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat
penting karena bebas nitrogen dioksida dapat menyebabkan oksidasi
kelompok metil dari toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan
risiko berupa ledakan.
Di laboratorium,
2,4,6-trinitrotoluene dihasilkan oleh proses dua langkah. Campuran penitrasi
dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk nitrat toluena untuk campuran
mono- dan di-nitrotoluene isomer, dengan pendinginan untuk mempertahankan
kontrol suhu. Nitrasi toluena kemudian dipisahkan, dicuci dengan natrium bikarbonat encer untuk menghilangkan
nitrogen oksida, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuran asam nitrat berasap dan asam sulfat.
Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada dengan uap. Trinitrotoluene dipisahkan,
dicuci dengan larutan encer natrium sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol.
Resonansi
Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu. Seperti seorang Eropa pada abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Afrika, yang menjelaskan bahwa badak adalah hasil persilangan antara griffin dan unicorn, dua binatang yang terkenal tetapi hanya khayalan, kita menggambarkan ozon yang merupakan molekul nyata, dalam dua struktur yang terkenal tetapi tidak nyata.
Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktur resonan disebut dengan hibrida resonan.
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
- Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan.
- Di antarastruktur yang saling beresonansi bukanlah isomer.
- Masing-masing struktur struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak berpasangan yang sama.
- Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
- Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-masing struktur resonan.
sumber:
Fessenden RJ and JS.
Fessenden, Kimia Organik, Jld 1 dan 2,
3ed. Terjemahan
A.H. Pudjatmaka, Penerbit Erlangga, 2005.
saya ingin bertanya, mengapa benzena sangat tidak stabil/ tidak reaktif?
BalasHapus
HapusBenzena ternyata sangat stabil / tidak reaktif. Benzena tidak bereaksi dengan Br2 meski pada suhu tinggi, kecuali dengan menggunakan katalis. Hal ini berbeda dengan struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena yang bersifat reaktif.
Monosubstitusi atom halogen (X) ke benzena hanya menghasilkan satu jenis senyawa, yakni C6H5X. dengan kata lain, tidak terdapat keisomeran geometri yang dimiliki struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena.
Assalamualaikum wr wb . . .
BalasHapusBaiklah, nama saya yamin. Saya akan membantu sedikit menjawab pertanyaan dari elsa Kenapa Benzena ternyata sangat stabil / tidak reaktif ?Menurut saya, karena Benzena tidak bereaksi dengan Br2 meski pada suhu tinggi, kecuali dengan menggunakan katalis. Hal ini berbeda dengan struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena yang bersifat reaktif.
Terimakasih atas penambahan jawabannya saudara Azhabul Yamin.
HapusAssalamualaikum wr wb...
BalasHapussaya ingin bertanya mengapa Benzen mudah terbakar dan baunya manis mengapa demikian,?
terima kasih
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan Suci. Bila dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang mengandung 6 buah atom karbon, misalnya heksana (C6H14) dan sikloheksana (C6H12), maka dapat diduga bahwa benzena mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi sehingga dari tingkat kadar karbon dalam benzene yang cukup tinggi benzene menjadi mudah terbakar. kemudian benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang berasal dari batu bara sehingga mudah terbakar.
Hapus